Kecepatan internet yang optimal sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung kurang lebih satu tahun ini telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan kita. Yang utama adalah melakukan aktivitas yang sebelumnya dilakukan tatap muka dalam proses kelas, pergi bekerja ke kantor, bertemu tatap muka dengan banyak orang, mengubahnya menjadi aktivitas berbasis online untuk menghindari penyebaran virus.
Aktivitas menjadi virtual seperti bekerja dari rumah, pembelajaran jarak jauh, pertemuan online, belanja atau berjualan dari rumah melalui platform e-commerce. Selain mengisi waktu luang dengan bermain game atau menonton film terbaru di Internet, kebutuhan akan akses Internet di rumah dan data melalui telepon seluler meningkat tajam.
Berdasarkan data “we are social-Hootsuite”, jumlah pengguna internet di Indonesia naik 73,7 persen pada Januari 2021 dibandingkan jumlah penduduk Indonesia dari 274,9 juta atau menjadi 202,6 juta pengguna. Tahun lalu, 27 juta pengguna ditambahkan.
Menariknya, waktu akses internet juga bertambah dari 7 jam 59 menit menjadi 8 jam 52 menit. Digunakan untuk chatting (96,5%), jejaring sosial (96,3%), belanja (78,2%), jasa keuangan (39,2%), hiburan (86,2%) dan lain-lain.
Dari sisi trafik, beberapa operator telekomunikasi melaporkan peningkatan trafik akibat pandemi yang mencapai 40%. Di tingkat rumah tangga, dengan penggunaan simultan ayah dan ibu serta anak-anak untuk kegiatan bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan berjualan dan berdagang dari rumah, kecepatan internet yang dibutuhkan juga semakin meningkat. Selain itu, aktivitas yang dilakukan melalui fitur streaming video harus mencakup kecepatan internet per rumah tangga, yang dulunya antara 10 Mbit/s hingga 20 Mbit/s, kini dengan kecepatan akses minimal 20 Mbit/s.
Bahkan sebagian orang, terutama pembuat konten dan gamer profesional, bisa mendapatkan kecepatan internet yang dibutuhkan hingga 50Mbps. Selain itu, pengembangan layanan video-on-demand dengan dukungan kreativitas Milenial dan Generasi Z yang memproduksi konten video seperti untuk YouTube.
Oleh karena itu, kecepatan optimal yang dibutuhkan oleh setiap pelanggan sangat bervariasi tergantung dari aktivitas digital yang dilakukan. Dengan adanya pandemi Covid-19, dampaknya sudah merata di seluruh tanah air. Oleh karena itu, seluruh masyarakat Indonesia hingga pelosok desa membutuhkan akses kecepatan internet yang optimal. Bukan hanya pemberian kecepatan internet saja, tetapi hanya di daerah tertentu seperti kota besar. Dan Indonesia sebenarnya sedang memasuki transformasi digital, dibutuhkan infrastruktur akses internet, baik di kota maupun di desa, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Merah. Untungnya, upaya terus dilakukan pada infrastruktur telekomunikasi dan internet, termasuk Palapa Ring yang dikelola oleh pemerintah, dan juga PT Telecom, yang sebelumnya juga menggunakan jalur serat pita lebar SMPCS (Sulawesi Maluku Papua Cable System) dan jalur Kupang- Sistem kabel Papua Mataram.
Meski pemerintah akan membangun 12.548 desa yang konon belum mendapatkan jaringan 4G, operator telekomunikasi sebenarnya telah banyak memberikan kontribusi, antara lain membuka akses internet di ujung timur Indonesia, Papua, dan di daerah-daerah yang tergolong 3T (perbatasan, terluar dan tertinggal).
Baca juga: Candy Minta Google dan Tokopedia Berikan Akses Data Pemerintah
Baca juga: Zulfadly Syam: Ekuitas Internet Bisa Terwujud Saat Ekspansi Infrastruktur Massal
Seperti yang tercatat oleh layanan broadband fixed line andalan Telecom, IndiHome, jaringan serat optik IndiHome telah tersebar lebih dari 166.343 kilometer di seluruh nusantara dari kota hingga desa terpencil dengan lebih dari 8 juta pelanggan, atau 85% pangsa pasar di Indonesia.
Jaringan IndiHome juga mencakup sembilan pulau terluar Indonesia, yaitu Pulau Bintan, Pulau Karimun, Pulau Kei, Pulau Alor, Pulau Simeulue, Pulau Weh, Pulau Sebatik, Pulau Rote dan Pulau Sabu. Ini setara dengan empat kali perluasan jaringan serat optik di seluruh dunia. Telkomsel, anak perusahaan Telekom, juga telah memasang 1.111 USO BTS bersama dengan BAKTI, yang semuanya kini telah terkoneksi dengan teknologi jaringan broadband 4G LTE terdepan. Perkembangan teknologi jaringan juga merupakan bagian dari total lebih dari 233 ribu BTS Telecomsel yang melayani lebih dari 170 juta pelanggan di sekitar 95% penduduk Indonesia.
Telkomsel juga telah menerima pesanan dari BAKTI untuk membangun 47 unit BTS USO baru dengan teknologi 4G LTE di sejumlah wilayah 3T i
Sumber :